Rabu, 27 Maret 2013

PENALARAN

1. Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.

Proposisi
Proposisi adalah pernyataan dalam bentuk kalimat yang memiliki arti penuh serta mempunyai nilai benar atau salah dan tidak boleh kedua-duanya. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Proposisi dapat kita batasi sebagai pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung di dalamnya. Sebuah pernyataan dapat dibenarkan bila terdapat bahan-bahan atau fakta-fakta untuk membuktikannya. Sebaliknya sebuah pernyataan atau proposisi dapat disangkal atau ditolak bila terdapat fakta-fakta yang menentangnya.

Inferensi dan Implikasi
Inferensi berasal dari kata latin inffere yang berarti menarik kesimpulan. Sedangkan implikasi berasal dai bahasa latin implicare yang berarti melibat atau merangkum. Kata inferensi adalah kesimpulan yang diturunkan dari apa yang ada dalam fakta. Sedangkan implikasi adalah rangkuman, sesuatu yang dianggap ada karena sudah dirangkum dalam fakta aau evidensi itu sendiri.

Cara Menguji Data
Dalam pengujian data, data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karen itu, perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan untuk sebagai evidensi. Beberapa cara yang digunakan untuk pengujian data :
  • observasi
  • kesaksian
  • autoritas
Cara Menguji Fakta
Untuk menetepkan apakah data yang diperoleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakinan bahwa semua bahan itu adalah fakta, setelah itu pengarang harus negadakan penilaian tingakt kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.
  • konsistensi
  • koherensi
Cara Menilai Autoritas
Seorang penulis yang objektif selalu menghidari semua desas-desus atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental.
  • Tidak mengandung prasangka.
  • Pengalaman dan pendidikan autoritas.
  • Kemashuran dan prestise.
  • Koherensi dengan kemajuan.
2. Berpikir Deduktif
Deduktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sesuatu proposisi yang sudah ada menuju kepada proposisi baru yang berbentuk suatu kesimpulan.

Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial adalah suati argumen deduktif yang mengandung suatu rangkaian yang teridir dari tiga proposisi kategorial, yang disusun sedemikian rupa sehingga ada tiga term yang muncul dalam rangkaian pernyataan  itu dan tiap term muncul dalam dua proposisi. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).

Contoh:
Semua tumbuhan membutuhkan air.
Akasia adalah tumbuhan.
Akasia membutuhkan air.

Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis adalah pola penalaran deduktif yang mengandung hipotese. Silogisme hipotesis bertolak dari suatu pendirian, bahwa ada kemungkinan apa yang disebut dalam proposisi itu tidak ada atau tidak terjadi. Premis mayornya mengandung pernyataan yang bersifat hipotesis.

contoh :
Jika hujan, bumi akan basah (mayor).
Sekarang bumi telah basah (minor).
Hujan telah turun (konklusi)

Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.

contoh :
Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Nenek Sumi berada di Bandung.
Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan. Walaupun dihilangkan, proposisi itu tetap dianggap ada dalam pikiran, dan dianggap diketahui pula oleh orang lain. Bentuk semacam ini dinamakan entimem yang berarti ‘simpan dalam ingatan’ dalam bahasa yunani.

contoh:
Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.

3. Berpikir Induktif
Induktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan. Proses penalaran induktif dapat dibedakan lagi menjadi :

Generalisasi
Suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan inferensi yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena tersebut. Ada dua macam generalisasi, yaitu generalisasi sempurna dan generalisasi tidak sempurna.

Hipotesis dan Teori
Hipotese adalah teori atau kesimpulan yang diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta-fakta tertentu sebagai penuntun dalam meneliti fakta-fakta lain lebih lanjut. Teori adalah azas-azas yang umum dan abstrak yang diterima secara ilmiah dan sekurang-kurangnya dapat dipercaya untuk menerangkan fenomena-fenomena yang ada.

Analogi
Analogi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu sama lain kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk suatu hal akan berlaku pula untuk hal yang lain.

Hubungan Kausal
Hubungan sebab-akibat yang ilmu dan pengetahuan yang dengan sendirinya bisa diketahui tanpa membutuhkan pengetahuan dan perantaraan ilmu yang lain dan pasti antara segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan-kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya, merupakan hal-hal yang diterima tanpa ragu dan tidak memerlukan sanggahan. Hubungan kausal dibangun oleh hubungan antara suatu kejadian (sebab) dan kejadian kedua (akibat atau dampak), yang mana kejadian kedua dipahami sebagai konsekuensi dari yang pertama.

Era Estitika
12210379
3EA02